Monday, December 12, 2011

ketika anak punk menghina jurnalistik (yg alergi Punk masuk)

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Tiba-tiba masuk sebuah pesan ke BlackBerry Messenger (BBM) saya bahwa pukul 14.00 wib ada pagelaran seni komunitas Punk se-Indonesia di Taman Budaya, Banda Aceh.

Jarum jam menunjukkan pukul 13. 45 wib. Saya bergegas menuju Taman Budaya dengan sepeda motor. Sampai di tempat acara, belum begitu ramai anak Punk yang datang, baru beberapa orang saja. Namun di jalan terlihat mereka sedang berdatangan memadati Taman Budaya. Mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan. Gayanya macama-macam. Ada yang berambut jingkrak-jingkrak 50 cm, model durian, model Street Punk, ada yang memakai krabu, sehingga telinga mereka dibolong.
Menurut mereka hal ini memiliki makna tersendiri, dimana mereka muak mendengar janji-janji palsu dari pemerintah. Pakaiannya kucel, memakai rantai, celananya bertempel-tempel dengan kain yang telah tersablon dengan tulisan- tulisan metal.
Acara itu diberi tema "Aceh For The Punk, Parade Music dan Penggalangan Dana Untuk Panti Asuhan" Tema tersebut menggambarkan mereka menggelar acara kepedulian sosial. Bukan hanya Punk Aceh saja yang hadir pada acara itu. Punk seluruh penjuru Indonesia bersatu di Taman Budaya, ada dari Jakarta, Bekasi, Lampung, Jambi, Pekanbaru dan Batam.
Di panggung sudah tersedia alat musik seperti drum dan gitar listrik. Taman budaya Sabtu (10/12) sore itu penuh dengan dengan Punk. Terlihat tiga personil dari kepolisian sedang santai-santai saja dekat mobilnya untuk pengamanan acara tersebut.
Salah seorang dari polisi itu berkata kepada saya, "Aneh ya, mereka kok dapat izin?" Saya hanya tersenyum mendengarnya.
Kabin, salah seorang anggota Punk asal Medan. Dia mengaku anak Punk sebenarnya baik, tidak mengganggu orang. Mereka cuma ingin bebas sendiri. "Kami berteriak untuk perubahan dan mau menyuarakan bahwa di Aceh itu ada komunitas Punk,"ucap remaja bergigi rumpang itu. Beberapa wartawan photo juga sudah hadir untuk mengambil gambar unik Punk.
Di sebelah kiri panggung ada beberapa ruangan kosong. Ruang itu mereka jadikan tempat olah gaya rambut. Dengan modal lem fox dan pengering rambut listrik, mereka menjingkrakkan rambutnya. Sementara di sebelah kanan panggung dijadikan lapak menjual stiker metal, yang telah tersablon di kain-kain hitam. Tulisannya dalam bahasa Inggris semua. Ada satu stiker yang menarik perhatian saya kala itu tertulis dalam bahasa Inggris yang berarti "TUHAN AKAN MEMBERKATI ORANG-ORANG YANG MEMAKAI TATTOO".
Amin masih berumur 12 tahun, anak cilik itu tergabung dalam komunitas Punk Binjai, Medan. Ibunya orang Aceh, sementara bapaknya orang Karo. Pengakuan Amin, ia sudah tujuh tahun bersama Punk, sejak ia umur lima tahun, ia sudah mulai ikut-ikutan Punk bersama abangnya. "Saya ikut-ikutan saja, mamak ijinin saya seperti ini,"ungkap Punk termuda itu.
Pelecehan Profesi Wartawan dan Kebohongan Musik sudah siap di pentas, protokoler mereka mulai mamanggil satu persatu grup-grup yang akan tampil. Grup pertama tampil menyanyikan lagu beraliran rock. Mereka tidak menyebutkan judulnya, namun liriknya saya perhatikan. "Babi, babi, dasar kau wartawan, babi, babi, tingkah lakumu melebihi aparat, babi, babi, tulisanmu melampaui kiamat.." Mendengar lirikan ini terlihat di wajah beberapa wartawan yang hadir saat itu sedikit geram. Mereka alergi sama wartawan. Tapi mereka mau diajak ngobrol. Rahmad Kurniawan, yang akrap disapa Wawan sebagai salah seorang penanggung jawab acara. Punk asal Aceh tersebut mengakui pagelaran musik tersebut sudah mendapat izin dari Polda Aceh, Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) , dan mendapat izin pemakaian Taman Budaya. Kemudian tiba-tiba datang seorang pria berambut pendek, memakai celana jean dan baju kaos, mengakui dirinya dari wartawan. Kami dari wartawan tidak satupun ada yang mengenal laki- laki itu. Hebatnya, dia dengan mudah akrab dengan anak Punk itu, sehingga bertanya sama Wawan apakah mereka mendapatkan izin membuat acara itu.
Wawan memperlihatkan surat dari Polda, MPU dan surat izin dari pemakaian tempat, sampai pria itu minta photo bersama dengan Wawan. Anehnya, semua surat itu masih terklaim di dalam amplop surat. Pria tadi berhasil membujuk Wawan untuk membuka surat itu. Disitu nampak jelas surat resmi dari MPU Kota Banda Aceh, perizinan untuk acara "Parade Musik dan Penggalangan Dana Untuk Panti Asuhan". Lengkap dengan nomor surat dan tanggal acara. Setelah itu kami semua pada bubar meninggalkan lapangan, pria tadi pun tidak tahu entah kemana.

Ketika malam tiba, saya mendapatkan informasi melalui pesan BlackBerry, bahwa mereka sudah ditangkap oleh Polresta Banda Aceh. Mereka memalsukan surat izin tersebut. Sejak saat itu mereka harus berurusan dengan polisi. Semua mereka diboyong ke kantor polisi.

sumber: theglobejournal.com

nah gan, menurut agan gimana nie sama namanya anak punk, kalo ane alergi gan, sifat sama sikapnya kotor banget..jijik ane gan!!
plis komeng yaaaa...
[imagetag]

gaghaHamster 12 Dec, 2011

Admin 12 Dec, 2011


--
Source: http://kaskus-forum.blogspot.com/2011/12/ketika-anak-punk-menghina-jurnalistik.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

No comments:

Post a Comment