Tuesday, January 3, 2012

Rupiah 2012 Sulit Kembali ke 8.500

Rupiah 2012 Sulit Kembali ke 8.500

[imagetag]

Nilai tukar rupiah diprediksi berada dalam kisaran 9.000 per dolar AS dan sulit kembali ke 8.500 pada 2012. Investasi portofolio cenderung turun tapi investasi ke sektor riil naik.

Pengamat ekonomi David Sumual mengatakan, prospek rupiah pada 2012 sangat tergantung pada empat hal yaitu investasi portofolio, investasi langsung (sektor riil), ekspor impor, dan inflasi. Menurutnya, aliran modal dari investasi portofolio sudah mulai melemah. Kondisi ini, bisa dilihat dari penempatan asing pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan tenor 1 tahun dan Surat Utang Negara (SUN).

Dia menegaskan, investor dengan horizon jangka pendek, tampak sudah keluar. Aliran dana keluar (outflow) dari SUN per November 2011 mencapai Rp0,2 triliun (Rp200 miliar) sedangkan bursa saham mencapai Rp2,23 triliun dan dari SBI Rp6,2 triliun. "Karena itu, cadangan devisa turun hampir US$2 miliar jadi US$112 miliar dari US$113,9 miliar," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, baru-baru ini.

Tapi, lanjutnya, outflow itu bukan satu ancaman serius. Sebab, jika dilihat dari investasi langsung di atas satu tahun seperti pembangunan pabrik dan infrastruktur, angkanya pada beberapa kuartal terakhir lebih besar dari portofolio. "Meski, BI rate November dipangkas ke level 6%, tidak menghambat aliran dana ke sektor riil," timpalnya.

Menurutnya, pemangkasan BI rate hanya memilah mana investor jangka pendek dan investor dengan horizon jangka panjang. "Jadi, investor lebih menekankan pada investasi di sektor riil," kata David menegaskan.

Lihat saja, lanjut David, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang pada 2010 mencapai Rp60 triliun sudah diprediksikan naik jadi Rp80-an trilun untuk 2011. Sementara itu, Penanaman Modal Asing (PMA) yang pada 2010 mencapai US$16,2 miliar, sudah diperkirakan naik jadi US$20 miliar (Rp200-an trilun) pada 2011.

Kondisi itu, mendapat dukungan dari ekspektasi, Indonesia akan segera mendapat gelar investment grade pada 2012. "Gelar ini, juga sangat kontras dengan kondisi eksternal yang justru mendapat downgrade terutama bank-bank AS dan ancaman down grade banyak negara di Eropa," ucapnya.

Dari sisi perdagangan, impor Indonesia memang cukup besar. Sebab, pada saat rupiah berada dalam kisaran 8.500-9.000 membuat pengusaha tertarik untuk mengimpor barang. "Karena itu, pertumbuhan impor mencapai 40% pada November lebih kencang dibandingkan eskpor sehingga mengganggu penguatan nilai tukar," ujarnya.

Tapi, di sisi lain, Bank Indonesia memberlakukan Devisa Hasil Ekspor (DHE). Selama ini, dana hasil ekspor 'ngendon' di Singapura atau Hong Kong. Awal Januari 2012, sudah mulai repatriasi sehingga hasil ekspor harus disimpan pada perbankan domestik. Angkanya diperkirakan, mencapai US$31 miliar. "Diharapkan, akan menambah aliran dana ke dalam negeri," papar David.

Atas pertimbangan itu, David memperkirakan, rupiah akan berada dalam kisaran 9.000 per dolar AS pada 2012. Dia menilai sulit bagi rupiah untuk kembali ke level 8.500 untuk jangka panjang. "Selama inflasi Indonesia lebih tinggi dibandingkan mitra dagangnya, nilai tukar rupiah akan lebih lemah dibandingkan mata uang AS, Jepang dan China," ucapnya.

Tapi, jika inflasi masih bisa dijaga dan dipertahankan di level 3-4%, rupiah akan lebih stabil. Untuk jangka pendek, rupiah lebih dipengaruhi oleh aliran modal yang masuk-keluar pada portofolio saham dan SUN.

Sementara itu, eskpor-impor dan invetasi di sektor rill tidak berpengaruh pada laju rupiah jangka pendek. Berbeda dengan kondisi rupiah sebelum krisis 1998 di mana ekspor-impor yang paling menentukan. "Ke depannya, rupiah diharapkan tidak terlalu volatile. Sebab, sudah dipilah agar investor jangka panjang saja yang tertarik masuk ke Indonesia dan bukan speculator," tandasnya.

David menjelaskan, saat suku bunga tinggi, yang paling tertarik adalah speculator. Menurutnya, pada saat BI rate tinggi di atas 10% (double digit) banyak speculator atau hedge fund yang masuk. "Sekarang, diharapkan investor sektor riil yang masuk," tutur David.

Berdasarkan pengamatan David, dalam dua tahun terakhir, inflasi Indonesia cukup baik sehingga rupiah bisa menguat dari 10.000-an per dolar AS ke level 8.500. Tapi, saat ini, rupiah kembali bertenger di level 9.000-an per dolar AS. "Jadi, memang rupiah dalam tren melemah untuk jangka panjang selama inflasi lebih tinggi dibandingkan mitra dagang," ucap dia.

Di atas semua itu, David menegaskan, Indonesia masih memiliki potensi lonjakan inflasi. Pasalnya, pemerintah Indonesia masih mensubsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Inflasi akan melonjak jika pemerintah menghentikan subsidi.

Artinya, David menegaskan, selama BBM masih disubsidi, inflasi Indonesia sebenarnya artificial (semu). Harga premium sebenarnya Rp9.000 tapi djual Rp4.500 per liter. "Jadi, harus diantisipasi secara bertahap agar inflasi tidak melambung saat subsidi BBM dicabut," imbuhnya.

Quote:


fudenisti 03 Jan, 2012

Admin 03 Jan, 2012
-
Source: http://situs-berita-terbaru.blogspot.com/2012/01/rupiah-2012-sulit-kembali-ke-8500.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

No comments:

Post a Comment