Wednesday, January 4, 2012

Bisnis penyelundupan Imigran Gelap ternyata bernilai miliaran Rupiah

Berburu Harta Karun di Ladang Imigran

[imagetag]
Quote:

BEBERAPA nelayan masih berkumpul di tepi Teluk Prigi, Trenggalek, Jawa Timur. Mereka sedang membahas hilangnya 250 imigran dari Timur Tengah di kawasan perairan tersebut.

Bagi para nelayan, hilangnya ratusan orang di perairan tersebut sungguh memilukan. Namun, cerita tentang kawasan itu sering dijadikan tempat penyelundupan imigran gelap ke negara lain bukan hal baru.

Para nelayan menyebutkan ada dua pantai yang berdekatan di sana, yakni Pantai Prigi Trenggalek dan Popoh Tulungagung, yang sering menjadi tempat penyelundupan para imigran gelap.

''Beberapa tahun lalu, ada yang memergoki sebuah bus masuk ke kawasan Prigi bagian barat. Saat datang penuh dengan penumpang, pulangnya kosong,'' kata Agung Satrio, 43, seorang nelayan Prigi.

Sejumlah nelayan di Pantai Popoh juga melihat hal serupa. Banyak mobil boks berdatangan setiap hari ke Pantai Popoh. Para nelayan yakin isi mobil boks itu bukan barang-barang yang terkait dengan transaksi ikan rumpon milik pengusaha rumpon setempat.

''Kami sudah lama mendengar ada orang yang dimasukkan ke barang selundupan melalui mobil boks yang melewati Pantai Popoh,'' ujar nelayan lainnya.

Secara geografis, Pantai Wisata Popoh lebih rawan dijadikan tempat transaksi terlarang, termasuk penyusupan imigran gelap. Pantai Popoh terisolasi dan berada di balik kawasan hutan lebat. Lain halnya dengan Prigi yang lebih terbuka dan banyak penjagaan dari aparat keamanan.

Di sisi lain, para nelayan juga kompak, apabila ada peristiwa di daerahnya, mereka langsung berkomunikasi satu sama lain lewat radio komunitas.


Bisnis miliaran

Cerita dunia penyelundupan manusia juga terjadi di Nusa Tenggara Timur.

Setiap tahun selalu ada imigran gelap yang berlayar melintasi perairan NTT, dengan tujuan Australia. ''Apalagi di musim hujan, imigran yang melintas di perairan NTT sangat banyak, tetapi hanya sedikit yang terdampar sebelum ditangkap,'' kata Kepala Imigrasi Kupang Silvester Sila Laba.

Ia menyebutkan ada dua jalur pelayaran menuju Australia, yakni melalui Selat Rote yang memisahkan Pulau Timor dan Rote, atau perairan di selatan Pulau Sumba, Sabu, hingga Rote.

Maraknya penyelundupan di sana karena posisi Pulau Timor dan Rote berbatasan dengan Australia. Daerah itu menjadi wilayah transit terakhir imigran setelah menempuh perjalanan dengan pesawat dari sejumlah daerah, seperti Medan dan Surabaya.

Seperti diungkapkan Silvester, tarif pelayaran dari Rote ke Ashmore Reef, Australia, selama 24 jam mencapai miliaran rupiah.

Jika imigran berlayar dari Rote, ia wajib membayar sekitar Rp25 juta kepada nakhoda. Perahu pun wajib dibeli imigran dengan harga berkisar Rp70 juta-Rp100 juta.

Cerita lain juga diungkapkan Jefri, seorang nelayan di Rote. Menurut dia, jika satu perahu biasanya untuk mengangkut 50 imigran, nakhoda dan anak buah kapal bisa meraup keuntungan sebesar Rp1,250 miliar sekali berlayar.

Kapal boleh dijual kepada imigran, tapi urusan nakhoda ditunjuk calo imigran. Biasanya nakhoda yang ditunjuk ialah orang yang berani mengambil risiko jika tertangkap. Pada umumnya nakhoda harus siap menjalani hukuman di penjara Australia dengan tuduhan menyelundupkan manusia dan perahu dihancurkan.

Namun bila gelombang besar, tidak sedikit imigran yang terdampar di pantai. Selama 2011 sudah ada 429 orang terdampar di daratan NTT. Jumlah tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 426 orang. Mereka berasal dari Iran, Irak, Pakistan, Afghanistan, Kuwait, Suriah, Aljazair, Ethiopia, Sudan, Sri Lanka, dan Myanmar.

Pihak imigrasi setempat mengaku sulit memberantas penyelundupan imigran gelap yang bertolak ke Australia itu. Alasannya, itu sudah menjadi bisnis menggiurkan.

Praktik penyelundupan sangat rapi dan terorganisasi. ''Ada calo yang pernah tertangkap dan dihukum. Begitu keluar dari penjara, ia kembali menjadi penyelundup imigran,'' imbuh Silvester.

Ada jalur lain yang juga menjadi sasaran penyelundupan imigran, yakni melewati Tasikmalaya dan Sukabumi, Jawa Barat.

''Jika tidak berhasil lolos melalui Nusa Tenggara Timur, penyelundupan menggunakan jalur alternatif,'' kata Kepala Divisi Imigrasi Kupang Kantor Wilayah Hukum dan HAM NTT Ramlee Siahaan.

Untuk mengirim imigran gelap pun para calo harus bisa membaca cuaca di laut.

Menurut Ramlee, musim penyelundupan imigran terjadi Desember-Februari karena pada bulan tersebut perairan di NTT bergelombang tinggi dan tidak ada kapal patroli di tengah laut. (PO/N-3)
sumber : http://www.mediaindonesia.com/read/2...Ladang-Imigran
=====================

ternyata bermain dengan nyawa manusia menggiurkan juga. semua cara dihalalkan demi uang, baik para penyelundup atau para imigran gelapnya.
kalo ane sih mending diam dinegeri sendiri, lebih baik hujan permata dinegeri sendiri daripada hujan uang dinegeri orang.

RioSihombienk 04 Jan, 2012

Admin 04 Jan, 2012
-
Source: http://situs-berita-terbaru.blogspot.com/2012/01/bisnis-penyelundupan-imigran-gelap.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

No comments:

Post a Comment