Tuesday, January 3, 2012

Biaya di UNS Masih Termurah

Biaya di UNS Masih Termurah

Quote:

KOMERSIALISASI pendidikan. Kata itu mulai sering muncul memasuki 2011 yang sudah berakhir Sabtu lalu. Tuduhan pendidikan —terutama perguruan tinggi— yang jadi ajang mengeruk keuntungan dari masyarakat dengan menerapkan biaya tinggi pada mahasiswa.

Meski anggaran PTN dari APBN sudah diberi dengan porsi sangat besar, hampir 50% dari anggaran sektor pendidikan, keluhan masyarakat tentang biaya tinggi di PTN masih muncul.

Benarkah UNS sebagai institusi pendidikan tinggi terbesar di Jateng dan khususnya di Solo juga terjangkiti soal itu? Muhtar SSos MSi, kandidat doktor akuntansi yang juga Direktur Badan Layanan Umum (BLU) UNS memberikan jawaban sangat gamblang soal itu.

Kepada Suara Merdeka, dia mengutip pernyataan Rektor UNS Prof Ravik Karsidi dan juga sebelumnya, Prof Muh Syamsulhadi, UNS masih menjadi perguruan tinggi dengan biaya termurah.

"Bayangkan, rata-rata mahasiswa hanya membayar Rp 860.000 per semester. Sangat kecil dibandingkan dengan PT lain. Bahkan dengan SPP SMA saja di sekitar Solo, yang mematok biaya lebih tinggi sekitar Rp 250.000 sampai Rp 600.000 tiap bulan," kata dia.

Meski demikian, Muhtar mengoreksi murah sebetulnya mengacu pada keterjangkauan masyarakat agar bisa kuliah di UNS. Tetapi bukan berarti murah kemudian "murahan", sumber daya asal-asalan, tidak berkualitas, atau layanan pendidikan rendah.

"Tidak seperti itu. Kami tetap terjangkau tapi standar layanan berkualitas, sumber daya, dosen, tenaga administratif, semuanya. Ini yang selama ini sudah dilaksanakan," ungkapnya.

Kalau dirata-rata, dana yang ditarik dari mahasiswa hanya 11%-13% yang berkontribusi pada operasional universitas. Sementara sumber dana yang lain, yaitu dari masyarakat, hibah pihak ketiga, dan APBN ataupun APBD.

Ada Transparansi

Kenapa bisa seperti itu? Karena UNS sudah transparan melakukan struktur analisis pembiayaan atau Cost Structure Analysis (CSA). Karena itu, biaya semua jenis layanan pendidikan sudah dihitung.

"Dengan begitu, proporsi kebutuhan anggaran sudah bisa dihitung. Setelah itu dicocokkan dengan anggaran yang ada. Berapa dari APBN dan APBD, berapa hibah dari masyarakat, sehingga sisa yang dibebankan pada mahasiswa berapa, juga langsung bisa diketahui."

Menurut Muhtar, UNS memang tidak perlu menaikkan SPP selama proporsi kontribusi mahasiswa masih bisa ditutup dengan dana yang dihasilkan universitas. Hasil CSA dibeberkan di hadapan mahasiswa.

"Kami undang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk menghitung kelayakan anggaran tersebut.Dengan pola itu, tidak ada mahasiswa UNS demo karena tarikan dana yang dirasakan tidak layak."

Sebab, tidak mungkin menarik dana dari mahasiswa untuk membangun, jika tidak ada pembangunan. Tak menarik biaya praktikum laboratorium, jika mata kuliah tidak ada praktikum.

Bagaimana dengan sumber dana dari pihak ketiga? Muhtar yang juga staf ahli rektor UNS bidang pembinaan, manajemen, dan keuangan itu mengatakan, dosen yang memiliki strata kualitas tertentu didorong melakukan penelitian dan juga menggandeng perusahaan ataupun pihak lain berpartisipasi.

"Dosen yang biasanya meneliti di luar dibayar Rp 2 juta, maka saat di kampus mereka harus mau dibayar Rp 500.000. Bukan berarti meremehkan, tetapi mereka harus ingat, mereka membawa nama UNS saat di luar, sehingga tidak bisa disamakan. Ini efisiensi, sekaligus juga melihat integritas dosen dan sumber daya lain yang dimiliki UNS."

Dengan cara itulah, memasuki 2012 UNS tetap percaya diri tidak akan menaikkan SPP mahasiswa walau sebetulnya bisa. Karena aturan dalam rancangan UU Perguruan Tinggi, diperbolehkan menarik dana dari mahasiswa sampai 30%. Sisanya 30% dari APBN dan APBD, 30% diusahakan universitas dari pihak ketiga.

"Tapi tidak berarti kemudian semua dipatok 30%, karena dengan demikian UNS harus menaikkan tiga kali lipat. Ini bisa geger. Toh dengan proporsi yang hanya 11%-13%, UNS bisa berjalan dan berkualitas. Kenapa harus naik? Jadi itu yang harus dilakukan pimpinan universitas. Apakah PTN lain mau melakukan seperti itu, atau pedomannya asal tidak lebih dari 30% menarik dana mahasiswa, itu urusan lain. Moral!" tandasnya. (Joko Dwi Hastanto-75)

sumber
entah yg dimaksud termurah di seluruh indonesia atau bukan, tapi setau gw di jawa, untuk universitas yg juga cukup mumpuni, UNS memang yg termurah..
kebetulan kakak gw juga alumnus UNS..ketika masuk UNS sekitar 5,5 tahun yg lalu, total biaya masuknya termasuk sumbangan cuma sekitar 3 jutaan, sudah termasuk SPP nya..SPP nya sendiri sebesar 700rb net, gk pke tambahan apa" lagi (gk ada lab karena fak. ekonomi)..lebih murah dari pada gw yg waktu itu masih SMA..
dan cewek gw yg kebetulan kuliah di sana juga, masuk sekitar 1,5 tahun yg lalu, total biaya masuk juga cuma 5 jutaan, termasuk SPP juga..SPP sendiri sekitar 800rb an..ditambah biaya lab sekitar 100rb..

di sini yg gw mau tekankan bukan pada universitasnya, tetapi cuma ingin berandai" aja seandainya di Indonesia tidak terjadi komersialisasi pendidikan..tau sendiri lah sekarang berapa biaya untuk kuliah itu berapa..

safarimac 03 Jan, 2012

Admin 03 Jan, 2012
-
Source: http://situs-berita-terbaru.blogspot.com/2012/01/biaya-di-uns-masih-termurah.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

No comments:

Post a Comment